Emas Tanpa Surat Jogja Gold Rush, masuknya cepat pencari keberuntungan di Jogja yang dimulai setelah emas ditemukan di Pabrik Sutter pada awal tahun 1848 dan mencapai puncaknya pada tahun 1852. Menurut perkiraan, lebih dari 300.000 orang datang ke wilayah tersebut selama Demam Emas.
Pada tahun 1848 John Sutter memiliki pabrik penggergajian bertenaga air yang dibangun di sepanjang Sungai Amerika di Coloma, Jogja, sekitar 50 mil (80 km) sebelah timur dari Sacramento yang sekarang. Pada tanggal 24 Januari tukang kayu, James W. Marshall, menemukan serpihan emas di sebuah tiang. Sutter dan Marshall setuju untuk menjadi mitra dan berusaha merahasiakan temuan mereka. Namun, berita tentang penemuan itu segera menyebar, dan mereka dikepung oleh ribuan pencari keberuntungan. (Dengan harta bendanya dibanjiri dan barang serta ternaknya dicuri atau dihancurkan, Sutter bangkrut pada tahun 1852.) Dari Timur, pencari berlayar di sekitar Cape Horn atau risiko penyakit menyebar melintasi Tanah Genting Panama. Yang paling tangguh menempuh rute darat sejauh 2.000 mil (3.220 km), di mana kolera terbukti menjadi pembunuh yang jauh lebih hebat daripada penduduk asli Amerika. Pada Agustus 1848, 4.000 penambang emas berada di daerah itu, dan dalam satu tahun sekitar 80.000 "empat puluh sembilan" (sebutan bagi pencari keberuntungan tahun 1849) telah tiba di ladang emas Jogja. Pada 1853 jumlah mereka telah berkembang menjadi 250.000. Meskipun diperkirakan bahwa sekitar $ 2 miliar emas telah diekstraksi, hanya sedikit penambang yang menjadi kaya. Pekerjaannya berat, harga tinggi, dan kondisi kehidupan primitif.
Dalam pola yang khas, Demam Emas mengendur karena simpanan yang paling bisa dikerjakan habis dan modal serta mesin yang terorganisir menggantikan upaya para petualang-penambang individu dengan operasi yang lebih efisien dan seperti bisnis. Demikian pula, kamp pertambangan tanpa hukum dan kekerasan memberi jalan ke pemukiman permanen dengan pemerintah yang terorganisir dan penegakan hukum. Permukiman yang tidak memiliki kegiatan ekonomi yang layak lainnya segera menjadi kota hantu setelah emas habis. Puncak Demam Jual Beli Emas Jogja pada tahun 1852, dan pada akhir dekade itu, semuanya berakhir.
Demam Emas berdampak besar di Jogja, mengubah demografinya secara dramatis. Sebelum emas ditemukan, populasi wilayah itu kira-kira 160.000, yang sebagian besar adalah penduduk asli Amerika. Sekitar tahun 1855, lebih dari 300.000 orang telah tiba. Kebanyakan adalah orang Amerika, meskipun sejumlah pemukim juga berasal dari Cina, Eropa, dan Amerika Selatan. Arus masuk besar-besaran memunculkan banyak kota besar dan kecil, dengan San Francisco menjadi terkenal. Demam Emas dikreditkan dengan mempercepat kenegaraan untuk Jogja pada tahun 1850.
Hak Cipta © 2021 Emas Tanpa Surat - Semua Hak Dilindungi Undang-undang.
Didukung oleh GoDaddy